• Skip to primary navigation
  • Skip to content

Studi Pariwisata

Pusat Referensi Ilmu Pariwisata

  • Analisis
  • Referensi
  • Serba-serbi
  • KONSULTASI GRATIS

Oleh: sarani pitor pakan | Terakhir disunting: 26 Juni 2015

Basa-basi Bebas Visa

You are here: Home / Analisis / Basa-basi Bebas Visa
Bagikan (Gratis) :)
Source: www.theluxurysignature.com
Source: www.theluxurysignature.com

Pada tahun depan, sebanyak 75 negara akan memiliki status bebas visa untuk datang ke Indonesia. Ketetapan itu sudah disahkan oleh Presiden Joko Widodo. Sebanyak 45 negara sudah berlaku per tahun ini, sedangkan 30 negara lain menyusul di 2016. Sudah jelas, kebijakan ini diambil dengan kepala mengarah ke target 20 juta wisman di tahun 2019.

Angin optimisme sedang berhembus. Kebanyakan orang merasa keputusan Jokowi dan Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata akan berdampak pada kenaikan signifikan pada sektor pariwisata nasional. Angka kedatangan wisman dipercaya akan melonjak dan berpengaruh pada pemasukan yang didapat negara dari pariwisata. Hitung-hitungan sederhananya seperti itu. Tapi, sejak kapan pariwisata menjadi sektor yang sederhana?

Jika kita ingin memakai nalar yang simpel, Indonesia harusnya sudah menjadi tujuan pariwisata dunia sejak bertahun-tahun silam. Kita punya alam yang super cantik, budaya yang kaya, dan beragam kelebihan yang tidak dipunyai negeri-negeri lain. Tapi apa lacur, untuk kawasan Asia Tenggara saja Indonesia masih kalah dari Thailand dan Malaysia. Jadi, logika sederhana tak bisa dipakai begitu saja jika menyangkut pariwisata, apalagi di negeri sesemrawut ini.

Saya pribadi mendukung langkah yang diambil Presiden dan Menpar. Sebagai sebuah kebijakan, itu adalah kebijakan yang bagus. Namun, apa gunanya membebaskan visa untuk seluruh negara di dunia jika infrastruktur pariwisata lokal tidak diperhatikan? Apa artinya mengundang semua penduduk dunia datang ke Nusantara jika akses transportasi ke titik-titik pariwisata masih kacau, jika atraksi pariwisata tak diurus, jika SDM pariwisata kita masih jauh dari harapan?

Soal sumber daya alam dan budaya, negeri kita tak kekurangan apa-apa. Pengelolaan yang main-mainlah yang membuat kita cuma jadi anak bawang di pentas pariwisata dunia. Kebijakan bebas visa tentu akan merayu penduduk ke-75 negara untuk melirik rangkaian pulau di atas Australia dan mulai berpikir-pikir untuk menyambanginya. Namun, sekali lagi, siapkah kita kedatangan wisman dengan jumlah berlipat-lipat? Yakinkah kita para wisman itu akan puas menikmati Indonesia dan tidak mengomel mengutuk negara ini saat pulang ke tempat asal masing-masing?

Sejujurnya saya ragu, kecuali ada pembenahan besar-besaran dalam banyak hal. Semua stakeholder dan elemen pariwisata harus ditingkatkan kualitasnya. Dari mulai SDM pariwisata hingga faktor kebersihan harus diperhatikan dengan seksama. SDM saja bisa dirunut mulai dari jajaran pejabat Kemenpar, akademisi pariwisata, hingga mereka yang berjualan bir di pantai Kuta. Infrastruktur juga bisa diurutkan dari soal jalan beraspal, hotel, warung makan, sampai toilet. Semua harus diurus serius.

Jokowi pun sudah menyadari betul hal itu. Dikutip dari CNN Indonesia, mantan Walikota Solo itu mengatakan, “Masih perlu terobosan lagi yang lebih menyasar sehingga ada betul-betul lonjakan yang sangat tinggi dari wisatawan yang datang ke Indonesia.” Jokowi sepenuhnya benar. Tanpa terobosan, tanpa pembenahan, bebas visa hanya akan jadi sekadar basa-basi.

Baca juga

  • Pembebasan VISA = Peningkatan DE-VISA?
  • Babak Baru Pariwisata Indonesia
  • Pembebasan Visa Mulai Mendatangkan De-Visa
Bagikan (Gratis) :)

sarani pitor pakan

Penggemar kelana, sepak bola, dan sastra. Rajin nulis di ugahari.net.

Reader Interactions

Comments

  1. Ahmad Rosyidi Syahid says

    26 Juni 2015 at 10:51 pm

    Another depth analysis (y) Like it.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dibuat dengan ♥ Studi Pariwisata © 2015 - 2016. Salam #PesonaIndonesia!

Hubungi Kami • About Us • Disclaimer • Kebijakan Privasi

sponsored